Toba – Suku Batak atau yang sering disebut “Bangso Batak” yang memiliki arti Bangsa Batak, diketahui tinggal dan berasal dari sekitaran Danau Toba, memiliki budaya yang sangat tinggi dan diatas rata – rata , dimana memiliki struktur budaya yang sudah terorganisir dengan falsafahnya “Dalihan Natolu” serta sudah memiliki aksara atau abjad sendiri sejak ribuan tahun yang diwariskan secara turun – temurun melalui pesan atau dalam Bahasa Bataknya, TURITURIAN maupun PODA . Akan tetapi ada apa dibalik semua hal dari batak hanya disampaikan melalui pesan dan pesan untuk generasi selanjutnya, mengapa tidak di buat satu kitab dengan aksara yang dimiliki,
Struktur falsafah Dalihan Natolu jika dijabarkan memiliki arti yang sangat luas, untuk selalu menjaga keselarasan dalam menjalankan kehidupan sehari – hari agar terhindar dari konflik dalam kehidupan berkeluarga , secara luasnya dalam bermasyarakat.
Dalihan Natolu terdiri dari tiga unsur yaitu, Somba Marhulahula (sujud dan hormat kepada orang tua dari istri maupun saudara laki – laki dari istri karena wanita tersebut telah memberikan anak melanjutkan generasi marga, agar mendapat berkah dari Yang Maha Kuasa), Elek Marboru (harus lemah lembut kepada saudara perempuan, karena sudah menjadi sifat wanita sensitif dengan perasaannya dan mudah menangis. Intinya harus menyayangi saudara perempuan agar tidak dirundung kesedihan dan selalu meneteskan air mata), Manat Mardongan Tubu (harus berhati – hati menjaga perasaan sesama saudara laki – laki atau saudara semarga agar terhindar dari perkelahian sedarah yang berdampak fatal dalam hubungan sedarah, demikian juga saudara perempuan kepada saudara laki –laki tidak boleh berbicara sembarangan. Karena seorang laki – laki gampang tersulut emosi).
Jadi dari kekayaan yang dimilki Batak, falsafah hidup yang lengkap dan aksara yang lengkap, menandakan masyarakat Batak memiliki kecerdasan dan kemajuan dalam pola pikir yang sudah sangat maju dalam membentuk suatu integritas dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat agar terjadi keseimbangan dalam kehidupan generasi berikutnya.
Namun, dari semua yang dimiliki Bangso Batak. Mengapa pendahulu atau leluhur tidak menuliskan suatu prasasti atau kitab tentang asal – usulnya ataupun mendirikan sebuah istana kerajaan agar keberadaan dinasti atau kerajaan Batak yang menandakan kebesarannya dan budaya yang kaya? Sehinggga ada situs peninggalan yang bisa dipertanggungjawabkan bahwa kerajaan Batak yang dipimpin seorang raja yang memiliki bangunan istana. Karena diketahui setiap marga adalah seorang raja.
Dengan tidak adanya bukti peninggalan yang ditemukan, baik tulisan dan istana. Hal ini memunculkan berbagai perdebatan tentang pengakuan apakah benar kerajaan Batak yang dipimpin seorang raja memang benar ada. Tetapi jika dilirik dari yang dimiliki , merupakan hal yang mudah dilakukan Bangso Batak mendirikan sebuah istana dan membuat satu kitab atau prasasti.
Timbul satu pemikiran, apakah leluhur Bangso Batak sengaja menyembunyikan atau mengaburkan asal – usulnya agar keberadaannya tidak diketahui. Akan tetapi mengapa hal itu dilakukan ? jika keberadaannya diketahui apa yang akan terjadi untuk orang Batak, sehingga sepenting itu yang dilakukan pendahulu yang tidak meninggalkan jejaknya. Hal ini mungkin saja tidak akan terjawab sampai kapanpun dan hanya leluhur atau pendahulu Bangso Batak yang mengetahuinya secara pasti, biarlah ini akan menjadi satu teka- teki yang tidak akan terjawab sampai generasi terakhir Bangso Batak. Minggu ( 16 /4/2023 ). (Penulis Nimrot Acon Sirait).