Oleh : Edis Galingging
Simalungun !!!! Kompakonline.com –
Geliat sektor pariwisata pacu terus pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Tampaknya sektor pariwisata masih menjadi salah satu sektor andalan pemerintah yang memberikan pendapatan devisa negara yang cukup baik. Diperkirakan kontribusi sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) akan meningkat pada tahun 2025, bila dibandingkan pada kurung waktu 4 tahun sebelumnya.
Tentu hal di atas menunjukkan semakin tingginya daya tarik pariwisata Indonesia sebagai destinasi wisata di kanca dunia. Kementerian Pariwisita Republik Indonesia sampai saat ini juga terus melakukan upaya kampanye pemasaran atau promosi dengan menargetkan khalayak internasional melalui _platform digital_ serta pameran internasional. Ini semua tentu berdampak baik bagi peningkatan perekonomian kita.
Sektor pariwisata pun juga berbenah, dengan menghadirkan konsep atau menawarkan cara menikmati parawisata sangat mendukung serta berpengaruh dalam meningkatkan tingkat kemajuan parawisata Indonesia.
Geowisata, menjadi salah satu sektor pariwisata yang belakangan ini mendapatkan minat dari kalangan wisatawan mancanegara maupun domestik. Dalam satu dekade ini saja geotourism atau yang lebih akrab diucapkan geowisata, menjadi rekomendasi terbaik dalam menghabiskan dan menikmati waktu libur.
Bila mengutip dari laman resmi Wikipedia, geowisata merupakan wisata dengan minat khusus dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, seperti bentuk bentang alam, batuan, struktur geologi dan sejarah kebumian, sehingga perlu dilakukan peningkatan wawasan dan pemahaman proses fenomena fisik alam. Contoh, gunung, danau, sungai, dan lain-lain.
Akhir-akhir ini, salah satu geowisata di Indonesia, yakni Geopark Kaldera Toba menjadi pusat perhatian warga Provinsi Sumatera Utara, terkhusus yang berada di wilayah se-kawasan Danau Toba. Hal ini dikarenakan diberikannya status _yellow card_ (kartu kuning) dari Unesco Global Geopark karena dinilai masih banyak kekurangan dalam sistem pengelolaan.
Tentu hal ini menjadi pukulan telak bagi pemerintah dan Badan Pengelola Geopark kaldera Toba Unesco Global Geopark selaku yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Geopark Kaldera Toba. Ini menjadi suatu pengingat bagi kita untuk meningkatkan sistem pengelolaan yang lebih baik lagi.
Lalu, apa yang perlu kita lakukan sebagai koreksi dengan diberikannya status _yellow card_ terhadap Geopark Kaldera Toba?
Pada prinsipnya geowisata merupakan suatu kegiatan parawisata yang menekankan keberlanjutan wisata dan keberlanjutan sumber daya manusia. Maka dari itu, geowisata seharusnya senantiasa melakukan yang namanya mitigasi, identifikasi, dan edukasi, dikarenakan ketiga hal inilah yang akan mendorong wisata yang berkelanjutan dan memiliki dampak bagi masyarakat lokal.
*Mitigasi*
Pemerintah dan pengelola Geopark Kaldera Toba saat ini penting melakukan yang namanya mitigasi. Apa yang terjadi saat ini, terkhususnya kebakaran yang melanda perbukitan kawasan Danau Toba adalah bukti bahwa kita masih kurang mumpuni dalam hal pencegahan. Ini adalah bentuk kelemahan kita bersama.
Pentingnya melakukan mitigasi untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran yang tiap tahun melanda. Perlu dilakukan sebuah skema pencegahan, ini harus menjadi catatan penting bagi kita semua. Perlu dilakukan kerja sama antara pemerintah se-kawasan Danau Toba dalam merumuskan skema untuk pencegahan yang berdampak pada perkembangan wisata Danau Toba.
*Identifikasi*
Geopark Kaldera Toba merupakan taman bumi, yang artinya perlu dilakukan identifikasi-identifikasi terhadap apa yang ada di dalam Geopark Kaldera Toba. Mengingat Geopark Kaldera Toba merupakan salah satu geowisata, maka dari itu penting dilakukan hal ini, masih banyak yang perlu diidentifikasi, antara lain identifikasi seluruh warisan budaya yang ada, baik warisan budaya benda dan tidak benda. Tentu hal ini harus melibatkan seluruh stake holder yang di bidangnya.
Bukan hanya budaya, perlu juga dilakukan identifikasi geologi, yang tentu ini bertujuan memperluas wawasan geologi, yang akan berdampak terhadap pelestarian alam di Danau Toba.
*Edukasi*
Sejatinya kehadiran wisata ini tentu harus meningkatkan sumber daya manusia dan perekonomian masyarakat lokal. Dengan adanya edukasi yang langsung menyentuh aspek masyarakat akan turut mendukung perbaikan kualitas Geopark Kaldera Toba. Dalam mengembangkan suatu pariwisata haruslah melibatkan masyarakat.
Dalam hal ini pengelola Geopark Kaldera Toba harus lebih memberikan lagi edukasi kepada masyarakat, dan hal ini perlu dilakukan oleh seluruh _stake holder_ . Harus ada suatu kampanye besar tentang kesadaran akan parawisata yang dilakukan pemerintah terhadap warga, mengingat kultur budaya masyarakat di kawasan Danau Toba bukanlah masyarakat parawisata, harus ada sosialisasi yang mengubah persepsi pola pikir masyarakat.
Geopark Kaldera Toba bukan sekedar taman bumi. Di sana terdapat sejarah peradaban yang bernilai tinggi, baik budaya, suku, dan sejarah geologi yang dapat memberikan pengetahuan bernilai tinggi. Geopark Kaldera Toba harus dapat menjadi episentrum geopark dunia, karena dari segi sejarah geologi kita menemukan peradaban geologi yang mengubah iklim global, ekosistem, dan kehidupan manusia pasca letusan Gunung Toba.
Dengan diberikannya _yellow card_ ini, dapat menjadi pengingat bagi kita semua, baik pemerintah, pengelola dan masyarakat agar lebih serius dalam menjaga dan mengembangkan pariwisata kita, khususnya Geopark kaldera Toba. Kita punya potensi besar terhadap bidang geowisata, dan harus menguntungkan masyarakat.
Karena pada akhirnya geowisata harus berdampak bagi masyarakat, karena pada prinsipnya geowisata itu untuk bumi dan untuk kita nanti.
Terakhir, semoga Geopark Kaldera Toba yang pada saat ini sedang melakukan revalidasi mampu kembali mendapatkan kartu hijau dari Unesco, tentu ini adalah harapan kita semua dan membutuhkan kerja sama seluruh pihak.
( Penulis merupakan Sekretaris DPD KNPI Kab. Simalungun dan Mantan Ketua PMKRI Cabang Pematang Siantar).