Tapteng !!!! Kompakonline.com – Malona Aruan, aktivis perempuan kelahiran Tapanuli, mendesak pemerintah menetapkan status bencana nasional atas musibah banjir yang melanda wilayah Sumatera.
Banjir besar yang terjadi di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh itu telah menelan ratusan korban jiwa serta merusak ribuan rumah warga.
Dalam pernyataannya, Lona menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh memberikan jawaban asal – asalan terkait dugaan masyarakat mengenai penyebab banjir.
Ia menyoroti kecurigaan publik tentang adanya aktivitas pembalakan hutan, terlebih setelah warga menyaksikan jutaan potongan kayu terseret arus banjir dan menghantam desa-desai.
“Masyarakat menuding karena apa yang mereka lihat. Jutaan kayu dibawa arus, itu bukan hal kecil. Pemerintah harus serius menyelidiki, bukan sekadar memberikan jawaban normatif”, ujarnya.
Lona juga meminta Menteri Perumahan Rakyat turun langsung ke lokasi untuk membantu renovasi rumah – rumah yang hancur, sebagaimana langkah cepat yang pernah diambil kementerian tersebut saat gempa melanda NTT dan beberapa daerah lain.
Tak hanya itu, ia mendesak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak segera membentuk tim khusus trauma healing bagi para ibu dan anak yang mengalami dampak psikologis akibat bencana ini.
Dalam kesempatan yang sama, Lona menyampaikan apresiasi kepada Presiden Prabowo Subianto yang turun langsung meninjau lokasi bencana. Namun ia mengaku heran melihat sikap para pembantu presiden yang dinilainya pasif dan sibuk dengan urusan masing-masing.
“Saya berterima kasih kepada Pak Prabowo yang turun langsung. Tapi saya heran, kenapa para pembantu presiden terlihat begitu pasif? Di awal kabinet ini dibentuk, setiap terjadi bencana, biasanya responnya cepat dan serentak”, ungkapnya.
Lona berharap pemerintah pusat segera mengambil langkah luar biasa, mengingat skala bencana di Sumatera membutuhkan koordinasi nasional dan penanganan yang terpadu. ( JS ).






