Porsea !!!!! Kompakonline.com – Poltak Sitorus, Bupati Kabupaten Toba baru-baru ini Kunjungan kerja (Kunker) ke Kecamatan Porsea, tepatnya di Desa Simpang Siguragura dengan programnya untuk petani agar tanam padi dua kali setahun untuk meningkatkan taraf hidup petani, warga merasa program tersebut tidak tepat untuk diterapkan di Kecamatan Porsea, disini terlihat Bupati tidak inovatif dan kreatif dalam meningkatkan taraf hidup petani.
Kecamatan Porsea , khususnya Desa Patane I kemudian mekar jadi dua desa (Patane I dan Desa Simpang Siguragura) sudah sejak lama bahkan sudah ratusan tahun pola tanam padi sekali dalam setahun, sehabis panen raya padi petani menjadikan lahan mereka menjadi kolam ikan, khususnya ikan mas.
Bahkan di tahun 1990 kebawah ikan mas Siraituruk , Desa Patane I sangat dikenal di Kabupaten Toba dan luar kabupaten, banyak pesanan konsumen baik untuk ikan makan maupun benih ikan mas yang diyakini benih yang berkualitas namun seiring waktu hal tersebut semakin menurun, kini warga hanya menjual ikan makan saja setelah panen ikan di bulan Desember setiap tahunnya.
Aldi Sirait, Warga Patane I , Kecamatan Porsea menganggap program yang diusulkan Bupati sedikit konyol, bukannya mengembangkan tradisi yang sudah ratusan tahun digeluti masyarakat, disini dapat dilihat bahwa bupati saat ini tidak inovatif dan kreatif dalam meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Toba.
“Inovatif disini, seharusnya memperkenalkan hasil perikanan kepada dunia luar untuk mengembangkan pariwisata, dan kreatif menciptakan obyek wisata baru bagi petani ikan di kabupaten ini, jangan merubah tradisi yang sudah turun- temurun. Kabupaten ini merupakan tujuan pariwisata prioritas, sudah seharusnya menciptakan wisata baru sehingga tidak hanya menjual keindahan Danau Toba,” tegas Aldi.
Terkait pengoptimalan pupuk organik, warga Porsea juga sudah melakukannya dengan menjadikan lahan sebagai kolam, di kolam sudah terbentuk pembusukan sekam padi bercampur dengan kotoran ikan yang bisa meningkatkan kualitas tanah secara alami.
Lanjut Aldi yang lulusan analisis kimia USU, justru Pemerintah Kabupaten Toba yang tidak memberikan contoh baik bagi masyarakatnya tentang pengoptimalan pupuk organik seperti pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar, padahal sudah ada di kabupaten ini TPS-3R nomor 2 terbesar di Sumatra Utara setelah Tebing Tinggi namun ditelantarkan.
TPS-3R adalah sistem pengolahan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak kompos yang lebih efektif dan efesien. Hasil pengolahan sampah organik berupa kompos digunakan untuk pupuk tanaman . Selain itu untuk meningkatkan kualitas hasil pengomposan akan diterapkan teknologi kompos cacing (kascing).
“Untuk lebih lengkapnya coba Bapak Bupati yang terhormat berkunjung ke Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumbanjulu atau koordinasi dengan dinas lingkungan hidup terkait bangunan TPS-3R yang dibangun dari anggaran pusat, agar bisa dijadikan pusat pengolahan kompos di kabupaten ini,” saran Aldi . (Asri).