Pematangsiantar !!! Kompakonline.com -Keberhasilan Susanti Dewayani dalam menata toleransi dan birokrasi di Kota Pematangsiantar mendapat perspektif memuaskan bagi komunitas kecil di Kota Siantar. Hal itu diungkapkan para tokoh agama Hindu dan Buddha yang merasakan betul perubahan yang terjadi selama 2,5 tahun memimpin Siantar.
Pandita Hindu, Mitun Krisna mengatakan sejak menjadi Wali Kota Siantar, pemerintah terasa lebih dekat dengan komunitas Hindu keturunan India yang berada di Siantar.
“Ibu Susanti sangat memperhatikan kami lah. Kami yang orang keturunan India, dan Hindu yang jumlahnya tidak terlalu banyak di kota Ini. Ibu itu bagaimana dia hadir seperti ibu bagi anak-anaknya. Kalau kita mohon ibu itu datang, ibu langsung berikan waktu spesial untuk kita”, kata Mitun.
Berbagai kegiatan yang Komunitas Hindu gelar, termasuk ritual keagamaan, Susanti Dewayani, ujar Mitun, tak sungkan hadir.
“Ibu selalu support. Kalau untuk dari Anggota DPRD selama ini nggak pernah ada. Dewan nggak pernah ada perjuangan untuk kami. Yang pernah ada itu Pak Hefriansyah dan Ibu Susanti. Hanya dua wali kota lah yang saya bilang selama saya lahir di Kota Pematangsiantar”, kata Mitun.
Kesan terhadap Susanti Dewayani turut disampaikan Sekretaris Walubi Kota Pematangsiantar secara gamblang. Tanpa ragu, Chandra menjelaskan Susanti Dewayani tak sekadar menjaga toleransi tetapi membangun ekosistem bisnis yang sehat bagi para pengusaha.
“Sebagai masyarakat Tionghoa, sejak Bu Susanti tahun 2022 pelantikan, itu sudah menunjukkan perhatian kepada tokoh agama dan masyarakat Tionghoa di Siantar. Hari kedua pelantikan, kami langsung diundang secara khusus untuk bersilaturahmi dan doa bersama”, kata Chandra.
“Ibu selalu datang ke tempat – tempat agama Buddha di Siantar. Ibu selalu keliling dan silaturahmi dengan masyarakat Tionghoa. Seperti Waisak, hampir semua vihara bisa dihadiri kecuali hal-hal kepentingan harus ke Jakarta. Tapi perwakilan Pemko pasti datang”, ujar Chandra.
Bagi Chandra, perbedaan mencolok terjadi di masa ibu Susanti Dewayani. Setiap perayaan Imlek, Cap Go Meh, hingga Waisak hal yang pasti akan ada kunjungan resmi pemerintah kota.
“Dua tahun ibu ini memimpin, dua tahun berturut-turut beliau hadir di tempat kami. Beliau ada lain lah. Spesial lah”, kata Chandra.
Chandra bahkan mengingat betul sikap responsif Susanti Dewayani mana kala ia memohon agar lampu penerangan jalan umum sekitar Vihara Awalokiteswara yang terkenal dengan Patung Dewi Kwan Im, diaktifkan.
“Vihara kita di Jalan Pusuk Buhit yang sebelumnya penerangannya minim, pada saat kepemimpinan ibu Susanti itu langsung terang. Lampu dihidupkan. Kami minta penerangan, dan 1×24 jam lampu terang semua, Bang”, kata Chandra mengingat kebaikan Susanti.
Mewakili masyarakat Tionghoa yang banyak bergerak di sektor bisnis dan swasta, Chandra merasa birokrasi yang dibangun Susanti Dewayani sebagai wali kota sangat pro dengan peningkatan ekonomi.
“Layanan pemerintah era ibu cukup jauh berubah. Kalau selama ini, misal kalau ketemu kepala dinas untuk urusan-urusan kan susah. Kalau sekarang wah mudah lah. Apalagi ada Mall Pelayanan Publik. Kemarin saya penerbitan NIB dan Dukcapil semua dilayani dengan cepat. Sekarang nggak ada lagi calo dan tidak dikenakan biaya sama sekali”, puji Chandra. ( JS ).